Pakar Aliansi Kebangsaan, Yudi Latif, mengatakan, pemaknaan kepahlawanan yang diperlukan di tengah masyarakat saat ini memang telah bergeser.
Dari yang bersifat maskulin, yang identik dengan patriotisme negatif-defensif seperti sikap melawan, menjebol, menjadi kepahlawanan feminin yang lekat dengan patriotisme positif-progresif, yang mewujud dalam sikap membangun, merawat, mengolah, dan menata bangsa.
Baca Juga:
Sambut Masa Tenang Pilkada Jakarta, KPU Jakbar Gelar Panggung Hiburan Rakyat
Kepahlawanan feminin menekankan sikap welas asih, memakmurkan, dan peduli pada sesama, alam, dan semesta.
Watak ini yang dibutuhkan untuk membangun negara di tengah pandemi Covid-19 dan berbagai persoalan lainnya.
”Karakter kepahlawanan yang diperlukan harus bisa mengurangi watak maskulinitas kependekaran, digantikan oleh jiwa kepahlawanan yang lebih feminin,” kata Yudi, saat dihubungi wartawan dari Jakarta, Selasa (9/11/2021).
Baca Juga:
Sekjen GEKIRA Partai Gerindra: Pemilukada Damai Bukti Rakyat Cerdas
Mengutip filsuf Johann Gottfried Herder, Yudi menambahkan, untuk menumbuhkan karakter tersebut, diperlukan upaya membangun keadilan universal, rasa kemanusiaan, dan nalar aktif dengan menumbuhkan jiwa damai dan mengutamakan kepentingan orang lain.
Pahlawan feminin juga harus terus mengingatkan bahaya dari salah urus negara dan adanya pembangkangan terhadap otoritas politik yang kerap menyulut pertikaian demi kepentingan pribadi.
”Untuk itu, perlu ditumbuhkan semangat kewargaan yang aktif dan kritis,” ujarnya.