Menurutnya, mempertahankan cadangan batu bara di tengah wacana permintaan ekspor dari negara Eropa merupakan kondisi yang menantang.
"Harapan kami cadangan biasa di atas 15 hari atau paling tidak 20 hari," kata Hari.
Baca Juga:
PLN Gandeng PGE Bentuk Konsorsium Kembangkan Pembangkit Listrik Panas Bumi
Dia menjelaskan, PLTU Tanjung Jati B merupakan PLTU subcritical yang teknologinya diciptakan pada medio 1980-1990-an.
Teknologi yang dimaksud yakni ketahanan boiler pada temperatur tinggi dan kemampuannya dalam mengolah batu bara.
Semakin terkini teknologi yang dipasang pada boiler, ketahanan PLTU akan semakin baik serta mampu mengolah batu bara rendah kalori dan ramah lingkungan.
Baca Juga:
PLN Gandeng PGE Bentuk Konsorsium Kembangkan Pembangkit Listrik Panas Bumi
"PLTU itu ada yang subcritical, super critical dan ultra critical. Meskipun (PLTU Tanjung Jati B) subcritical, tetapi kelengkapan untuk penurunan emisinya sudah sangat lengkap," ujar Hari.
Menjelang tengah hari, aktivitas di PLTU masih sibuk. Dari atas Gedung Energo, terlihat sejumlah alat berat eskavator sedang merapikan susunan mineral hitam di lahan penampungan batu bara.
Di sebelah penampungan tersebut, terlihat sebuah corong yang mengepulkan asap putih. Asap itu menuju ke arah barat mengikuti arah angin.