WahanaNews-Lampung | Mengisi ulang daya mobil listrik tidak perlu menunggu baterai sampai benar-benar habis 0%.
Para pengguna mobil listrik bisa belajar dari pengalaman sopir taksi yang menggunakan armada listrik.
Baca Juga:
Uni Eropa Berlakukan Tarif Tinggi Mobil Listrik Buatan China
Hal itu diungkapkan oleh Executive Vice President Pemasaran dan Pengembangan Produk PT PLN (Persero), Hikmat Drajat, saat menjadi pembicara pada sebuah forum diskusi di arena Periklindo Electric Vehicle Show (PEVS) 2022 JIExpo, Kemayoran, Jakarta (27/7/2022).
Menurut Hikmat, dari pengalamannya melihat perilaku sopir taksi saat mengecas mobil listrik di SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum) milik PLN, mereka tidak mengecas mobil saat kondisi daya baterainya sudah sekarat.
Mereka melakukan pengecasan saat kondisi baterai masih cukup penuh.
Baca Juga:
Neta Luncurkan Model Ketiga Mobil Listrik di Indonesia, Dukung Pengurangan Emisi Karbon
"Rata-rata pengendara mobil listrik, itu ngecasnya cukup 10 menit. Saya sudah perhatikan, saya ke Gambir, ke Kebayoran Baru yang ada charging station-nya. Kadang-kadang saya ngobrol dengan taxi driver (sopir taksi), dan fenomenanya itu tidak dari 0 (%), jadi ketika dia baterainya 70% dia mampir (ke SPKLU). 'Pak, kenapa baterai 70% mampir?', 'Ah saya ngisi 10 menit sudah jadi 80%-90%, aman'. Jalan lagi itu mobil," kata Hikmat.
"Jadi fenomena paling bagus untuk diamati adalah taksii driver, karena dia yang paling mobile. Itu tidak usah khawatir soal cepat atau lambat (saat proses pengecasan), karena fenomenanya akan ada di dalam diri kita seperti kita memakai handphone," sambung Hikmat.
Hikmat menjelaskan pengguna mobil listrik tidak perlu takut baterai mobil listriknya rusak karena diisi ulang saat dayanya masih banyak.