WahanaNews- Lampung | PT PLN (Persero) dan PT Pertamina (Persero) merupakan 2 usaha di antara sekian banyak perusahaan yang kelimpungan akibat kenaikan harga minyak dan gas dunia.
Hal ini diperparah dengan dukungan keuangan yang kurang baik akibat kondisi Indonesia.
Baca Juga:
PT Pertamina Patra Niaga Sesuaikan Harga Jual BBM Non Subsidi di Sulawesi
Kedua perusahaan ini mempertahankan harga BBM dan listrik di harga semula tanpa mempedulikan fluktuasi harga energi.
Keuangan Pertamina saat ini dianggap menurun, akibat harga harga minyak dunia sempat menguat hingga lebih dari 100 dolar AS per barel, sangat timpang dengan APBN 2022 yang menganggarkan minyak seharga 63 dolar AS per barel.
"Tidak heran arus kas operasional Pertamina dari Januari Konstanly negatif, sebab Pertamina harus menanggung perbedaan (harga) dan dia harus impor bahan bakar maka bayarkan dalam bentuk dolar. Ini sebabkan kondisi keuangan Pertamina menurun," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam rapat Banggar, Kamis (19/5/2022) kemarin.
Baca Juga:
Anggota Komisi VII DPR Dukung Pertamina Perluas Pendaftaran QR Code untuk Pertalite
Menteri Keuangan Perkirakan Penambahan Penerimaan Negara Rp 4 20,1 Triliun, BI: Utang Luar Negeri Lebih 6 Ribu Triliun
Sementara, kata mantan petinggi Bank Dunia itu, PT PLN juga tidak menaikkan tarif listrik, terutama untuk masyarakat kalangan bawah.
Padahal, harga batu bara selaku energi utama listrik juga cukup fluktuatif.