WahanaNews-Lampung | Tahukah Anda jika tanah gambut memiliki kandungan bahan organik yang tinggi? Hebatnya lagi, gambut bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar pembangkit tenaga listrik!
Di Indonesia sendiri, gambut diperkirakan memiliki kandungan organik yang bisa mencapai 2 kali lipat dari kandungan gambut pada umumnya, yaitu 30%.
Baca Juga:
Garap Lahan Gambut, Petani di Banyuasin Lakukan Pertanian Ramah Lingkungan
Ternyata, kandungannya terbentuk dari pembusukan sisa-sisa tumbuhan seperti kayu, daun, ranting, dan sebagainya.
Bahkan bukan hanya tumbuhan, seringkali dalam lapisan gambut ditemukan bangkai hewan.
Tertarik untuk mengupas informasi lebih lanjut mengenai tanah gambut? Langsung saja yuk simak ulasannya di bawah ini.
Baca Juga:
Indonesia Perkokoh Peran Komunitas dalam Fungsi Kredit Karbon
Gambut adalah lahan basah yang terbentuk atas timbunan bahan organik, seperti sisa-sisa pohon, rerumputan, lumut, dan bangkai hewan.
Timbunan tersebut menumpuk selama ribuan tahun hingga membentuk endapan yang tebal.
Umumnya, gambut ditemukan di area genangan air, seperti rawa, cekungan antara sungai, maupun daerah pesisir.
Nah, gambut sendiri terbentuk ketika bumi menghangat sekitar tahun 9600 Sebelum Masehi.
Seiring meningkatnya permukaan laut, terbentuklah gambut di daerah delta (daratan sekitar sungai) dan pantai.
Gambut di daerah tersebut mengandung kandungan mineral dari air sungai dan pantai akibat pasang surut air laut dan air sungai.
Menurut berbagai sumber, tanah gambut di Indonesia terbagi menjadi dua jenis:
1. Topogen
Topogen merupakan lapisan gambut yang terbentuk karena genangan air akibat terhambatnya drainase. Jenis ini biasa ditemukan di area belakang pantai atau di pegunungan dengan kedalaman tanah sekitar 4 meter.
2. Ombrogen
Ombrogen sulit dijumpai ketimbang topogen.
Pasalnya, jenis ini memiliki umur yang lebih tua dengan kedalaman mencapai 20 meter dengan jumlah kandungan hara yang terbatas.
Tanah ini berasal dari endapan mangrove yang kemudian mengering dan banyak ditemukan di sekitar pantai Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
Tanah gambut mengandung bahan organik yang tinggi. Tapi ternyata kandungan dari gambut bukan cuma itu.
Selain kaya kandungan organik, gambut nyatanya memiliki sifat asam yang tinggi.
Sayangnya, kandungan tersebut membuat tanah menjadi kurang subur.
Dari sifatnya tersebut—tanah dalam kondisi kering—ternyata bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar.
Hal itu terjadi karena kandungan bahan organik dalam gambut membuatnya bisa dijadikan sumber energi.
Bahkan jika kondisinya mendukung dan setelah melewati periode geologis, gambut bisa terbentuk menjadi sejenis batu bara.
Contohnya di beberapa negara, manfaat gambut digunakan sebagai sumber panas dalam memenuhi sumber daya kebutuhan rumah tangga.
Hebatnya di Finlandia, gambut bisa digunakan sebagai bahan bakar pembangkit tenaga listrik, lho!
Dewasa ini, tak menutup kemungkinan bahwa tanah gambut bisa menjadi ancaman kerusakan alam. Pasalnya, gambut menyimpan karbon global dan jadi penampung karbondioksida yang sangat besar.
Menurut sebuah penelitian di awal tahun 2000 di Sumatera, kandungan karbon gambut mencapai lebih dari 18 juta ton.
Banyak sekali, bukan?
Ya, permasalahan ini bisa mengakibatkan efek gas rumah kaca yang kemudian berpengaruh pada perubahan iklim global.
Boleh jadi, ancaman gambut adalah kebakaran dan kekeringan.
Misalnya, dalam kondisi kering, gambut bisa membuat permukaan air tanah turun dan bagian yang tidak basah mengalami dekomposisi. [dny]