WahanaNews-Lampung | Pemerintah dalam hal ini Kementerian BUMN mencatat, PT PLN (Persero) mampu meningkatkan pendapatan sebesar 20% sampai pada Juli 2022 lalu.
Meroketnya pendapatan tersebut karena adanya permintaan yang cukup signifikan baik permintaan industri maupun rumah tangga.
Baca Juga:
Konsumsi Listrik Naik, PLN Cetak Pendapatan Rp 25,13 Triliun di Januari 2022
"Kalau kita lihat sampai saat ini, kalau dari sisi pendapatan khususnya PLN misalnya kami menargetkan bulan Juli misalnya, pelampauan anggaran mereka yaitu sebesar sekitae 5%, secara year on year juga mengalami peningkatan mencapai di atas 20%," kata Wakil Menteri BUMN, Pahala Mansury, Senin (3/10/2022).
Menurutnya, permintaan listrik tersebut mampu mendongkrak kinerja PLN di tengah tantangan pelemahan kurs rupiah yang saat ini terjadi.
Seperti diketahui, saat ini rupiah ambruk hingga tembus ke level di atas Rp 15.000 per dolar AS.
Baca Juga:
Konsumsi Listrik Meroket, PLN Kantongi Pendapatan Rp2 5,1 Triliun di Januari 2022
"Jadi kami melihatnya cukup positif meski disampaikan tadi ada pelemahan rupiah. Sampai saat ini tidak ada kerugian valas yang berarti di kedua BUMN (Pertamina dan PLN tersebut," tuturnya.
Pahala menjelaskan, capaian kinerja positif dari perusahaan energi tersebut juga mencerminkan kondisi industri manufaktur yang kembali menggeliat dimasa pemulihan ekonomi saat ini.
"Kami melihat ini merupakan bagian dari kebangkitan dan sektor industri manufaktur di Indonesia yang menyebabkan demand di kedua BUMN tersebut di bidang energi yang mengalami peningkatan yang cukup signifikan," ungkapnya.
Meskipun saat ini kondisi keuangan PLN sedang baik-baik saja, kata Pahala, pihaknya tetap meminta agar perseroan menerapkan lindung nilai atau hedging di atas 25% dibandingkan net kewajiban mereka.
"Kami lihat sampai saat ini pergerakannya masih aman, bahkan seperti yang kami sampaikan kami menganjurkan kedua BUMN tersebut untuk bisa memiliki hedging rasio di atas 25%," pungkasnya.[dny]