WahanaNews-Lampung | PT PLN (Persero) menyatakan uji coba pengalihan kompor LPG 3 kg ke kompor listrik tetap berjalan, meski program tersebut telah dibatalkan.
Direktur Distribusi PLN Adi Priyanto mengatakan pihaknya akan terus memantau proses uji coba dan melaporkan hasilnya kepada pemerintah.
Baca Juga:
PLN dan Pemko Medan Gelar Lomba Masak Pakai Kompor Induksi di Medan Independence Day Festival 2023
"(Uji coba) jalan. Kami melihat nanti perilaku dari pelanggan seperti apa. Kita catat kelebihan kelemahannya apa, dan tentunya nanti akan kita laporkan ke pemerintah," ujarnya di Kementerian BUMN, Kamis (29/9).
Ia juga mengatakan target distribusi kompor listrik sebanyak 300 ribu unit tahun ini dibatalkan.
"300 ribu enggak jadi ya," ujarnya.
Baca Juga:
PLN Edukasi Kompor Listrik di Adhyaksa Sangihe Expo 2023
Sebelumnya, PLN membatalkan program pengalihan kompor LPG 3 kg ke kompor listrik.
Langkah ini diklaim demi menjaga kondisi ekonomi masyarakat usai pandemi covid-19.
"PLN memutuskan program pengalihan ke kompor listrik dibatalkan," ujar Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo melalui keterangan resmi yang dikutip, Rabu (28/9) lalu.
Program ini diduga batal setelah mendapat kritik dari berbagai pihak.
"Memang ada gejolak di masyarakat ini akhirnya kebijakan (kompor listrik) dibatalkan," kata Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan.
Benar saja, kritikan kompor listrik memang disampaikan oleh banyak pihak, tak terkecuali para anggota dewan.
Salah satunya anggota Komisi VII DPR RI Mulan Jameela yang menilai kompor listrik tidak cocok untuk masakan Indonesia.
Kritik itu disampaikan Mulan berdasarkan pengalaman pribadinya.
Ia mengaku tak bisa lepas dari kompor gas, meskipun sudah memiliki kompor listrik.
"Ini saya jujur ya, kapasitas saya sebagai anggota dewan dan sebagai emak-emak. Kami di rumah saja punya kompor listrik tetap tak bisa lepas dari yang gas karena masakan Indonesia ya beda bukan masakan orang bule yang pancinya ya seukuran begitu saja," tutur Mulan, Jumat (23/9).
Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia (ASPEK Indonesia) pun menolak rencana konversi kompor listrik dan meminta pemerintah tak memaksa masyarakat untuk beralih.
Presiden ASPEK Indonesia Mirah Sumirat khawatir konversi dari LPG 3 kg ke kompor listrik nantinya jadi dalih oleh pemerintah untuk memaksa masyarakat menaikkan daya listrik dari 450 VA ke 900 VA yang pada ujungnya memberatkan tagihan.
Kalau benar demikian, beban hidup masyarakat yang belakangan ini semakin meningkat akibat kenaikan harga bahan pokok dan BBM akan semakin berat.
"Pemaksaan penggunaan kompor listrik sama saja memaksakan masyarakat untuk menaikkan daya listrik menjadi 900 VA. Karena daya listrik 450 VA yang selama ini banyak digunakan oleh masyarakat, pasti tidak akan kuat jika harus dipaksakan dengan tambahan penggunaan kompor listrik," kata Mirah.
Tak ketinggalan, berbagai kritikan juga datang dari masyarakat melalui komentar di sosial media twitter.
Menurut akun @Nisatyas, masalah utama pada kompor induksi, yaitu perangkat masak yang harus diganti seluruhnya dari tradisional menjadi perangkat yang sesuai spesifikasi.
"Masalah utama kompor induksi adalah initial cost. Panci harus ganti semua (dan panci induksi sangat mahal). Banyak perangkat tradisional tidak compatible. Alat masak pun harus disesuaikan dan kalau mati lampu enggak bisa masak. Siap jamin pasokan listrik stabil?" ujarnya mempertanyakan.
Ada pula warganet yang menilai kompor induksi layak digunakan untuk jenis makanan yang simple dan proses memasak sebentar.
Beda halnya dengan jenis masakan Indonesia, bahkan berdampak boros energi.
"Induksi ya karena jenis makanannya yang simpel dan proses memasaknya sebentar. Hal itu agak sulit diterapkan ke masakan Indonesia yang kebanyakan proses masaknya lama. Pemerataan panas pada kompor induksi enggak cocok dengan masakan Indonesia. Malah akan lebih boros energi listrik," ujar akun @nurfiadi1. [dny]