WahanaNews - Lampung | Kepala Dinas (Kadis) Perikanan Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung, Kamaludin menyatakan bahwa jumlah ikan yang mati di Danau Ranau cenderung bertambah, dan volume ikan mati hingga sekarang telah mencapai 250 ton.
"Jumlahnya kemungkinan bertambah, karena sampai kemarin (Minggu, 15/1/2022) ikan mati sudah mencapai 250 ton," katanya di Liwa, Lampung Barat, dikutip Selasa (17/1/2023).
Baca Juga:
Bulan Solidaritas Palestina 2024: Ribuan Masyarakat Lampung Berlayar dan Kibarkan Bendera di Selat Sunda
Diketahui, Danau Ranau merupakan danau terbesar kedua di Sumatera setelah Danau Toba. Danau Ranau terletak di Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung dan Kabupaten OKU Selatan, Provinsi Sumatera Selatan
Menurut dia, kerugian yang dialami petambak masih belum bisa dipastikan, namun diperkirakan mencapai miliaran rupiah.
"Kalau kita kalkulasikan dari 250 ton itu ke rupiah dengan harga Rp25 ribu per kilo sekitar kurang lebih Rp5 miliar total kerugiannya," paparnya.
Baca Juga:
Terjebak Penipuan Pajak, Pedagang Sembako Kehilangan Rp298 Juta dalam Sekejap
Mengenai penyebab kematian ikan itu, ia mengatakan bahwa pihaknya menduga dari kadar belerang yang naik.
"Kadar belerang naik, akibatnya kadar oksigen di Danau Ranau turun, yang mengakibatkan kematian ikan," imbuhnya.
Untuk sementara ini, lanjutnya ikan yang masih segar dimanfaatkan petani untuk dikonsumsi.
"Ya, sementara 25 sampai 30 persen ikan yang masih segar dimanfaatkan mereka untuk dikonsumsi dan dijual," ujarnya
Mengenai ikan yang sudah mati, maka dibuang di suatu tempat dan akan dibuat pupuk. "Kemarin sudah disemprot fermentasi dan dicampur dengan tanah," katanya.
Ia menjelaskan bahwa Lumbok Seminung merupakan wilayah yang terkenal sebagai sentra ikan nila di Lampung Barat.
Produksi ikan nila di Lumbok Seminung itu dalam setahun bisa mencapai 6.000 ton dengan penjualan ke berbagai daerah seperti Sumatera Selatan, Jakarta dan Surabaya namun tidak sedikit yang dipasarkan di Provinsi Lampung saja, demikian Kamaludin.[mga]